Selasa, 21 Januari 2014

Resensi Film King-Kong



menceritakan tentang kisah seorang aktris muda yang nyaris terpuruk karirnya, bernama Ann (Naomi Watts). Ia hidup di Kota New York. Pada saat itu di tahun 1930an, Amerika Serikat sedang dilanda depresi ekonomi yang sangat hebat. Hampir semua sektor bisnis lumpuh total, termasuk industri perfilman.
Akibatnya banyak aktor dan aktris tenar yang jatuh miskin, karena tak ada lagi tawaran main film lantaran banyak industri perfilman yang bangkrut. Namun nasib Ann tiba-tiba berubah, saat ia bertemu dengan seorang sutradara bernama Carl Denham (Jack Black) yang menawarinya berakting untuk sebuah proyek film ambisius.
Merasa dirinya mujur, Ann pun tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Ia langsung setuju untuk bergabung dalam proyek film tersebut, meski hatinya masih ragu. Sebab Denham sangat merahasiakan dimana mereka akan melakukan syuting.
Tak cuma Ann saja sebenarnya yang merasa curiga dengan Denham, semua kru film termasuk produsernya pun tidak sepakat dengan ide gila sutradara itu. Akhirnya, ia pun terpaksa menjalankan proyek filmnya dengan sembunyi-sembunyi. Bahkan ia sampai harus "menculik" seorang dramawan muda bernama Jack Driscoll (Adrien Brody), untuk membantu penggarapan skenario proyek filmnya kali ini.
Singkat cerita, akhirnya Denham lalu merancang perjalanan ekspedisi ke wilayah Selatan Pasifik, tepatnya menuju sebuah tempat yang belum terjamah peradaban, bernama Skull Island. Tempat itu dipercaya orang-orang cuma ada dalam mitos saja. Namun tidak bagi Denham. Ia sangat yakin bisa menemukan pulau misterius itu dan menggarap proyek besarnya disana.
Sebuah kapal ekspedisi pun disewa dengan pimpinan Kapten Englehorn (Thomas Kretschmann), dibantu beberapa awak kabin yang tangguh, Preston (Colin Hanks), Jimmy (Jamie Bell) dan Hayes (Evan Parke). Namun para kru justru menjadi panik karena selain tujuan ekspedisi mereka makin tak jelas, mulai bermunculan pula monster-monster mengerikan yang siap memangsa mereka hidup-hidup.
Akhirnya, teror di lautan pun berhenti. Saat kabut tebal menghalangi pandangan, bagian lambung kapal tiba-tiba menghantam sebuah permukaan tanah hingga terjadi benturan yang keras. Rupanya mereka berhasil mencapai Skull Island. Hati Denham pun sangat girang, karena ambisinya selama ini hampir sepenuhnya tercapai.
Namun, eksotisme pulau itu ternyata tak cukup memenuhi hasrat Denham untuk mengabadikannya lewat film. Belakangan, ia pun akhirnya tahu bahwa di Skull Island juga terdapat habitat alamiah purbakala. Saking naifnya, tak disadari ada bahaya besar yang siap mengancam nyawa seluruh kru setiap saat.
Ia pun akhirnya diteror oleh kawanan suku primitif yang ternyata sudah lama mendiami tempat tersebut. Bahkan sang aktris, Ann, diculik untuk dijadikan persembahan bagi hewan buas yang mereka anggap sebagai dewa penguasa di pulau itu. Siapa lagi kalau bukan King Kong.
Namun anehnya, entah mengapa si King Kong ini akhirnya justru malah tertarik dengan kemolekan Ann. Daripada dijadikan santapan, ia pun lebih memilih Ann untuk dirawat dan dipelihara. Melihat kelembutan sikap Kong, rupanya Ann merasa ada sebuah celah untuk bisa terus bertahan hidup. Ia pun memperlakukan Kong dengan penuh perhatian dan kasih sayang, layaknya seperti menyikapi seorang manusia.
Dasar aktris, sandiwaranya membuahkan hasil. Kong jadi terpikat dan jatuh hati pada Ann, tidak hanya karena kecantikannya saja, tapi juga karena sikapnya yang berbeda dari manusia-manusia yang pernah menjadi "korban"-nya. Mendadak ia merasa seperti diperhatikan dan rasa percaya dirinya pun mulai tumbuh.
Layaknya orang kasmaran, Kong pun rela berkorban apapun demi menjaga Ann. Sampai ia rela bertarung mati-matian dengan kawanan T-Rex ganas. Perlahan Ann pun mulai menyadari, kalau si Kong ini sebenarnya punya watak penyayang. Sikap brutalnya selama ini ternyata cuma didorong oleh rasa kesepian, karena hidup di tempat yang terasing tanpa seorang kawan pun yang menemani.
Di sisi lain, insiden ini sangat menguntungkan Denham. Ia pun segera merencanakan sebuah misi penyelamatan, untuk membuat sebuah film dokumenter yang heboh dan laku dijual. Tak cuma itu, ia juga berambisi membawa Kong ke New York sebagai bukti bahwa penemuannya itu benar-benar nyata. Dengan begitu, ia bisa jadi terkenal sekaligus kaya mendadak. Sungguh licik.
Dengan pengorbanan yang besar, ambisi Denham pun tercapai dengan sukses. Ia pun berhasil menaklukkan Kong dan membawanya ke New York. Akibatnya, King Kong pun marah besar. Merasa dirinya mendapat perlakuan tak manusiawi, ia akhirnya berontak dan mencoba kabur kembali ke habitat asalnya.
Cerita pun berlanjut, ia memporak-porandakan seisi kota demi menemukan Ann dan memboyongnya ke Skull Island. Kepanikan terjadi di mana-mana, sampai angkatan udara Perang Dunia I pun dikerahkan untuk menghentikan aksi Kong. Karena bingung dan depresi, Kong pun memanjat Empire State Building (bangunan tertinggi di dunia) sambil membawa Ann di genggaman tangannya.
Ann dengan kelembutan sikapnya, berusaha menenangkan hati Kong yang galau. Akhirnya, Kong pun sadar dan mulai melunak. Namun, semua sudah terlambat karena ia kini menjadi target buruan nomor wahid di seantero Amerika. Inilah suasana paling dramatis yang terjadi antara Kong dan Ann pada akhir cerita film ini.
Anda akan melihat, bahwa KING KONG sebenarnya adalah sebuah kisah cinta yang sangat mengharukan. Tentunya Peter Jackson tak cuma ingin menyoroti persoalan asmara belaka, namun juga kekuatan cinta secara universal. Cinta yang mampu menggerakkan hati setiap manusia, untuk berkorban demi keselarasan hidup di dunia fana ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar